Kamis, 14 April 2011

Law of Attraction

oleh Smansa Pasaman pada 13 April 2011 jam 14:01

Anda pernah menonton film “The Secret”? Kalau sudah pernah, pasti anda mengetahui tentang ‘Hukum Ketertarikan’ atau ‘Law of Attraction’. Hukum Ketertarikan atau Law of Attraction menurut film ini adalah hukum yang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Dalam hukum ini, apabila seorang manusia memikirkan sesuatu dan dia fokus dengan fikirannya tersebut, maka apa yang difikirkannya itulah yang akan terjadi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, semua yang masuk dalam kehidupan kita, kita sendiri yang menariknya. Dan ia masuk lewat bayangan-bayangan yang kita fikirkan. Berfikir positif maka akan mendapatkan yang positif, sebaliknya, berfikir negatif, maka akan mendapatkan yang negatif pula. Seperti itulah yang terjadi dalam kehidupan manusia.

Lantas, dimanakah Tuhan? Sebagian orang pasti akan beranggapan bahwa orang yang meyakini hukum ini adalah orang yang tidak bertuhan. Namun kalau kita coba mengambil inti dari hukum yang dipaparkan tersebut, kita bisa mengambil sebuah manfaat positif, tanpa menghilangkan Tuhan dari keyakinan kita.

Saya bukanlah orang yang ahli dalam agama yang saya yakini, yaitu Islam. Namun saya mencoba menfsirkan film ini dari kacamata saya sebagai orang yang masih meyakini adanya Allah sebagai Dzat yang Maha Segalanya. Dan sebelumnya saya juga menyampaikan bahwa ini adalah film lama, jadi sudah banyak pula yang membahasnya.

Hukum ketertarikan mengajarkan manusia bagaimana selalu memandang positif terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya. Seperti yang disampaiklan di awal tulisan ini bahwa Jika manusia selalu memandang positif hidupnya, maka hidupnya akan positif juga. Begitu juga sebaliknya, orang yang memandang negatif tentang hidupnya, maka seterusnyalah orang tersebut akan hidup dalam kehidupan yang negatif.

Mengutip sebuah istilah yang pernah saya dapat ketika membaca buku “Super Muslim” karya Imam Munadi, dia mengumpamakan sebuah gelas yang diisi air setengahnya dalam pandangan orang. Ada yang memandang bahwa gelas itu setengah kosong, tapi sebagian orang memandang gelas itu setengah berisi. Tidak ada yang salah dalam cara pandang orang tersebut. Hanya saja kita bisa melihat bahwa fokus pandangannya ternyata berbeda. Orang yang melihat bahwa gelas itu setengah kosong akan cendrung fokus pada kekosongannya. Sementara orang yang melihat bahwa gelas itu setengah berisi akan fokus pada isi yang ada di dalam gelas itu. Bagaimana implikasinya dalam kehidupan?

Orang yang melihat gelas itu setengah kosong akan selalu memperhatikan kekurangan yang ada dalam dirinya. Dia tidak melihat potensi dan hal-hal yang telah dimilikinya sebagai sebuah karunia yang telah diberikan oleh Allah. Dalam kehidupannya hanya mengeluh dan selalu mengeluh, yang menyebabkan dia alpa untuk melihat rezki dan karunia yang telah diberikan oleh Allah. Sebaliknya, orang yang memandang gelas itu setengah berisi, maka Ia akan sangat mensyukuri apa yang telah dimilikinya dalam kehidupan ini, dan berusaha semaksimal mungkin untuk memanfaatkannya sehingga kehidupannya akan semakin baik.

Kembali ke pemahaman saya tentang Hukum Ketertarikan, Kalau kita selalu memandang positif kehidupan kita, mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya pula, maka Insya Allah rejeki kita akan ditambah oleh Allah. Bukankah Allah telah berjanji bahwa barang siapa yang bersyukur akan nikmat yang diberikan, maka niscaya akan ditambah oleh Allah. Sebaliknya jika kita tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan, maka azab Allah lah yang akan kita dapatkan.

Dan satu hal yang tidak boleh kita lupakan juga bahwa rezki atau nikmat yang diberikan oleh Allah itu bukan hanya dalam bentuk fisik atau materi. Banyak sekali rezki yang telah diberikan oleh Allah, Kesehatan, kebahagiaan, keluarga yang sakinah, dan banyak lagi bentuknya. Allah selalu punya rahasia sendiri untuk berbuat bagi umat-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar